Tulisan Kecil untuk Satu Hari Tanpa Alas Kaki (1st
Part)
Dering alarm membangunkan mata ngantukku. Setelah pulang larut
karena mempersiapkan Boxes of Coin for Shoes, mata ini enggan untuk dibuka.
Tepat pukul 7 pagi ini kalam berencana berkumpul di depan gerbang depan Monumen
Bajra Sandhi Lapangan Puputan Renon. Ku paksa mata ini terbuka untuk sekedar
menyusuri lorong menuju kamar mandi. Ku guyur saja badan ini dan alhasil tak
ada kantuk tersisa. Efek air yang segar dan niat bertelanjang kaki demi banyak
pasang sepatu untuk anak-anak Bali yang sampai saat ini masih bertelanjang kaki
untuk pergi ke sekolah. “Demi”, begitu kataku pada mata yang tadinya mengantuk
itu dan akhirnya dia mengalah.
Pukul 06.59 lebih beberapa detik aku sudah ada di kumpulan Kalam
yang sudah berkumpul tanpa alas kaki di sekitar gerbang monument. Ternyata
jumlah Kalam yang sudah datang masih bisa dihitung dengan jari. Wah, kebiasaan
berbahaya yang ternyata juga merasuki Kalam, semoga tidak membudaya. Sambil
menunggu yang lain langsung saja ku buka bungkusan berisi penuh jajanan khas
Bali dan ku paparkan saja di atas rumput itu. Kami pun menikmati jajanan hingga
satu persatu Kalam datang. Hal yang cukup membuatku bangga hari ini adalah
kedatangan salah satu mahasiswaku. Ya, cuma satu orang dari sekitar 150-an
orang yang aku coba datangkan. Sudahlah, satu saja sudah sangat luar biasa,
setidaknya tidak sia-sia aku mendongeng tentang banyak hal indah yang aku lalui
bersama Kalam. Di sela bincang pagi kami, muncullah beberapa donator dengan
membawa banyak pasang sepatu dan sandal. Pagi yang menakjubkan. Bayangkan belum
saja kami memulai acara kami pagi ini, beberapa donator sudah memantik semangat
kami untuk lebih semangat lagi mengumpulkan pasang-pasang sepatu dan sandal
berikutnya.
Kira-kira pukul 8, sang dedengkot datang bersama beberapa teman dari
Generasi Putih dan DOK (Dapur Olah Kreatif). Kami saling berkenalan. Walaupun
jujur, aku tak bisa mengingant satupun nama mereka, kecuali Wira, yang
sepertinya leader Generasi Putih, karena si kakak cukup lebih menonjol dari
yang lain. Langsung saja kami berdiri melingkar mendengarkan sedikit arahan
sebelum kami melakukan kampanye hari ini. Kami juga dibagikan kaos bertulis kan
“12 12 12 SATU HARI TANPA ALAS KAKI”. Kaos yang persuading. Setelah keren menggunakan kaos seragam itu, kami mulai
bergerak menuju salah satu sisi jalan di depan lapangan itu dan menggelar
banner dan spanduk kami. Tak lupa juga kami dibekali lembaran pamflet tentang
acara ini.
Acara kami mulai dengan membagikan pamphlet pada gerombolan
bapak-ibu yang mengikuti jalan santai dalam rangka Hari Diabetes Sedunia. Momen
yang tepat sekali, pikirku. Dari depan posko kami itu, kami mulai berjalan
tanpa alas kaki sambil membawa kotak amal dan pamphlet di tangan. Tapi berbeda
dengan aku dan Arik, salah satu Kalam, kami adalah Pasukan Bersepeda hari ini,
karena kebetulan kami mengendarai sepeda (tentunya tanpa alas kaki) saat
menyebarkan pamphlet itu. Terlihat lebih keren pastinya,kami. Kami berputar
mengawal Kalam yang berjalan kaki mengitari lapangan. Banyak pemandangan yang
sanggup aku ingat. Ada sepasang anak muda yang menerima pamphlet dari kami,
lalu dengan santainya setelah sekilas dibaca lalu dibuang begitu saja. Akhirnya
aku pungut saja kembali. Masih banyak orang yang masih bisa menghargai pamphlet
itu dan segala informasi di dalamnya, aku yakin. Ada juga bapak-bapak yang
langsung saja menolak pamphlet yang aku tawarkan. Aku pikir itu lebih baik dari
pada mereka pura-pura menerimanya lalu langsung membuangnya. Pemandangan
berbeda muncul dari segerombolan anak muda yang ternyata adalah sekumpulan
orang yang berasal dari KTR (Komunitas Tanpa Rokok). Mereka sangat tertarik
dengan program kami ini, dan langsung saja membuka sepatu mereka bergabung
dengan kami. Salut. Ada juga dua orang laki-laki bersepeda yang ternyata adalah
dokter-dokter muda, mereka juga sangat antusias dengan acara ini. Setelah
menyelesaikan satu putaran, aku kembali ke posko dan aku dapati beberapa
gunungan sumbangan sepatu dan sandal disana. Tak lama kemudian Kalam pembawa
kotak amal datang. Akhirnya kami istirahat sejenak dan rela menjadi korban
jepretan beberapa Kalam yang membawa kamera.
Kami mengakhiri acara hari ini dengan penghitungan jumlah sumbangan
hari ini. Luar biasa gembiranya kami hari itu, nominal yang terkumpul adalah
Rp. 2.910.000,-. Teriakan bahagia pun tak tertahan keluat dari mulut kami.
Sambutan yang luar biasa. Ini baru hari pertama, semoga hari berikutnya akan
lebih banyak nominal terkumpul, karena itu berarti semakin banyak pasang sepatu
yang akan dibagikan. Terimakasih donator dermawan baik hati yang wajib dapat
surga (“kabulkan Tuhan”, doaku).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar