Rabu, 05 Desember 2012

INI KAKIKU UNTUKMU : CATATAN SEORANG RELAWAN




Tulisan Kecil untuk Satu Hari Tanpa Alas Kaki (1st Part)
Dering alarm membangunkan mata ngantukku. Setelah pulang larut karena mempersiapkan Boxes of Coin for Shoes, mata ini enggan untuk dibuka. Tepat pukul 7 pagi ini kalam berencana berkumpul di depan gerbang depan Monumen Bajra Sandhi Lapangan Puputan Renon. Ku paksa mata ini terbuka untuk sekedar menyusuri lorong menuju kamar mandi. Ku guyur saja badan ini dan alhasil tak ada kantuk tersisa. Efek air yang segar dan niat bertelanjang kaki demi banyak pasang sepatu untuk anak-anak Bali yang sampai saat ini masih bertelanjang kaki untuk pergi ke sekolah. “Demi”, begitu kataku pada mata yang tadinya mengantuk itu dan akhirnya dia mengalah.
Pukul 06.59 lebih beberapa detik aku sudah ada di kumpulan Kalam yang sudah berkumpul tanpa alas kaki di sekitar gerbang monument. Ternyata jumlah Kalam yang sudah datang masih bisa dihitung dengan jari. Wah, kebiasaan berbahaya yang ternyata juga merasuki Kalam, semoga tidak membudaya. Sambil menunggu yang lain langsung saja ku buka bungkusan berisi penuh jajanan khas Bali dan ku paparkan saja di atas rumput itu. Kami pun menikmati jajanan hingga satu persatu Kalam datang. Hal yang cukup membuatku bangga hari ini adalah kedatangan salah satu mahasiswaku. Ya, cuma satu orang dari sekitar 150-an orang yang aku coba datangkan. Sudahlah, satu saja sudah sangat luar biasa, setidaknya tidak sia-sia aku mendongeng tentang banyak hal indah yang aku lalui bersama Kalam. Di sela bincang pagi kami, muncullah beberapa donator dengan membawa banyak pasang sepatu dan sandal. Pagi yang menakjubkan. Bayangkan belum saja kami memulai acara kami pagi ini, beberapa donator sudah memantik semangat kami untuk lebih semangat lagi mengumpulkan pasang-pasang sepatu dan sandal berikutnya.
Kira-kira pukul 8, sang dedengkot datang bersama beberapa teman dari Generasi Putih dan DOK (Dapur Olah Kreatif). Kami saling berkenalan. Walaupun jujur, aku tak bisa mengingant satupun nama mereka, kecuali Wira, yang sepertinya leader Generasi Putih, karena si kakak cukup lebih menonjol dari yang lain. Langsung saja kami berdiri melingkar mendengarkan sedikit arahan sebelum kami melakukan kampanye hari ini. Kami juga dibagikan kaos bertulis kan “12 12 12 SATU HARI TANPA ALAS KAKI”. Kaos yang persuading. Setelah keren menggunakan kaos seragam itu, kami mulai bergerak menuju salah satu sisi jalan di depan lapangan itu dan menggelar banner dan spanduk kami. Tak lupa juga kami dibekali lembaran pamflet tentang acara ini.
Acara kami mulai dengan membagikan pamphlet pada gerombolan bapak-ibu yang mengikuti jalan santai dalam rangka Hari Diabetes Sedunia. Momen yang tepat sekali, pikirku. Dari depan posko kami itu, kami mulai berjalan tanpa alas kaki sambil membawa kotak amal dan pamphlet di tangan. Tapi berbeda dengan aku dan Arik, salah satu Kalam, kami adalah Pasukan Bersepeda hari ini, karena kebetulan kami mengendarai sepeda (tentunya tanpa alas kaki) saat menyebarkan pamphlet itu. Terlihat lebih keren pastinya,kami. Kami berputar mengawal Kalam yang berjalan kaki mengitari lapangan. Banyak pemandangan yang sanggup aku ingat. Ada sepasang anak muda yang menerima pamphlet dari kami, lalu dengan santainya setelah sekilas dibaca lalu dibuang begitu saja. Akhirnya aku pungut saja kembali. Masih banyak orang yang masih bisa menghargai pamphlet itu dan segala informasi di dalamnya, aku yakin. Ada juga bapak-bapak yang langsung saja menolak pamphlet yang aku tawarkan. Aku pikir itu lebih baik dari pada mereka pura-pura menerimanya lalu langsung membuangnya. Pemandangan berbeda muncul dari segerombolan anak muda yang ternyata adalah sekumpulan orang yang berasal dari KTR (Komunitas Tanpa Rokok). Mereka sangat tertarik dengan program kami ini, dan langsung saja membuka sepatu mereka bergabung dengan kami. Salut. Ada juga dua orang laki-laki bersepeda yang ternyata adalah dokter-dokter muda, mereka juga sangat antusias dengan acara ini. Setelah menyelesaikan satu putaran, aku kembali ke posko dan aku dapati beberapa gunungan sumbangan sepatu dan sandal disana. Tak lama kemudian Kalam pembawa kotak amal datang. Akhirnya kami istirahat sejenak dan rela menjadi korban jepretan beberapa Kalam yang membawa kamera.
Kami mengakhiri acara hari ini dengan penghitungan jumlah sumbangan hari ini. Luar biasa gembiranya kami hari itu, nominal yang terkumpul adalah Rp. 2.910.000,-. Teriakan bahagia pun tak tertahan keluat dari mulut kami. Sambutan yang luar biasa. Ini baru hari pertama, semoga hari berikutnya akan lebih banyak nominal terkumpul, karena itu berarti semakin banyak pasang sepatu yang akan dibagikan. Terimakasih donator dermawan baik hati yang wajib dapat surga (“kabulkan Tuhan”, doaku).    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar